Contoh Penyakit yang Disebabkan oleh Virus, Jamur dan Bakteri
A. Penyakit yang diSebabkan oleh Bakteri
1. Nama Penyakit :Penyakit Citrus Vein Phloem Degeneration (CVPD)
Penyebab : Bakteri Liberobacter asiaticum.
Nama Internasional : Huang Lung Bin
Daerah penyebaran :Sumatera, Jawa, Bali, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Barat.
Gejala Penyakit :
Gejala luar
Gejala
khas CVPD adalah belang - belang kuning (blotching), mulai berkembang
pada bagian ujung tanaman (pertumbuhan baru) pada daun yang ketuaannya
sempurna, bukan pada daun muda atau tunas. Gejala ini sulit dibedakan
dengan gejala kekurangan hara Zn. Tulang - tulang daun dan urat-urat
daun tampak lebih menonjol dengan warna hijau gelap (kontras dengan
warna lamina daun). Pengamatan gejala sebaiknya dilakukan pada permukaan
atas dan bawah daun. Gejala belang - belang pada bagian atas sama
dengan bagian bawah. Pada gejala lanjut daun menjadi lebih kaku dan
lebih kecil, tulang daun menjadi berwarna kuning. Gejala ini sangat
jelas pada jeruk manis, tetapi kurang jelas pada daun jeruk Mandarin.
Infeksi
pada tanaman muda ditandai dengan kuncup yang berkembang lambat,
pertumbuhannya menjulang ke atas, daun menebal, ukuran menjadi lebih
kecil dengan gejala khas blotching, mottle, belang - belang kuning tidak
teratur.
a) Pada tanaman dewasa, gejala sering bervariasi.
Gejala greening sektoral diawali dengan munculnya gejala blotching pada
cabang - cabang tertentu, diiringi dengan pertumbuhan tunas air lebih
banyak dari tanaman normal di luar musim pertunasan. Daun - daun pada
cabang sakit mencuat ke atas seperti sikat.
b) Pada
gejala berat, daun bisa menguning seluruhnya (seperti defisiensi unsur
N) dan terjadi pengerasan tulang daun primer dan sekunder yang dikenal
dengan Vein Crocking, daun juga menjadi lebih kaku dan menebal. Gejala
ini merupakan indikator adanya kerusakan lebih berat pada pembuluh
angkut / pholem.
c) Pada
tanaman yang sudah berproduksi, menyebabkan ukuran buah menjadi lebih
kecil - kecil hingga sebesar kelereng “nilek” dan bentuk tidak simetris
(Lop sided). Kadang-kadang ditemukan buah “red nose” (warna orange pada
pangkal buah, terutama di tempat - tempat yang terlindung dari sinar
matahari. Buah jeruk yang terserang bijinya abortus, kehitaman dan
rasanya asam.
Gejala dalam
ü Irisan
tipis ibu tulang daun yang bergejala khas CVPD, terlihat jaringan
floemnya tampak lebih tebal, karena adanya pengempisan pembuluh tapis
dalam floem berupa jalur - jalur putih. Bila diberi pewarna KI akan
terlihat adanya akumulasi pati yang berlebihan dalam sel - sel tersebut
ü Dalam
menetapkan bahwa tanaman jeruk terserang CVPD harus hati - hati. Di
lapangan, baik petugas maupun petani masih mengalami kerancuan, karena
gejala serangan penyakit ini mirip dengan gejala kekurangan unsur makro /
mikro (Zn,Fe, Mn, Mg, dan lain - lain).
ü Untuk
mengetahui lebih lanjut, apakah tanaman jeruk terserang penyakit CVPD
dapat diketahui dengan menggunakan : 1) Mikroskop Elektron, 2)
Polymerase Chain Reaction - PCR (Spesifik primer), 3) Uji Serologi
(metoda I – ELISA dan DIBA), 4) Hibridisasi DNA, 5) Uji penularan dengan
penyambungan (okulasi mata tempel) dan serangga vektor, serta 5) Uji
dengan tanaman indikator Madame vinous dan Vinca rosea.
Morfologi dan daur penyakit :
Belum
ada laporan mengenai bentuk morfologi patogen. Patogen ini dapat
ditularkan melalui bibit tanaman sakit dan vektor Diaphorina citri yang
viruliverous(mengandung patogen penyebab penyakit yang dapat
ditularkan). Penularan melalui alat - alat pertanian yang digunakan
dalam pengolahan tanah maupun pemangkasan masih perlu dibuktikan. Vektor
D. citri baru dapat menularkan CVPD ke tanaman sehat 168 – 380 jam
setelah menghisap tanaman sakit. Gejala penyakit tampak pada tanaman
kurang lebih 4,5 bulan setelah penularan penyakit.
Faktor - faktor yang mempengaruhi penyakit :
Tingkat
populasi serangga penular, kecepatan angin, tingkat ketahanan varietas
berpengaruh terhadap kecepatan penularan penyakit ini.
Tanaman yang diserang :
Jeruk, Anggota
Rutaceae seperti Poncirus tripoliata Raf., Kemuning (Murraya paniculata
L.), Swinglea glutinosa Merr., Clausena indica, Atalantia missionis dan
Triphasia aurantiola, tapak dara / Periwinkel (Vinca rosea L.), Maja
(Aegle marmeles), dan Kawista (Limnocitrus lettoralis).
Pengendalian : Penerapan PTKJS
Peraturan:
Melarang membawa / memasukkan benih jeruk dari daerah serangan ke
daerah lain yang masih bebas penyakit CVPD (belum terserang).
2. Nama Penyakit : Penyakit Tristeza (Quick Decline)
Penyebab :
Virus Tristeza jeruk (Citrus Tristeza Virus =CTV) dengan serangga
penular Toxoptera citricida Krik. (Aphis citricidus Kirk., Aphis
tavaresi Del Garcio, Aphis citricola Van der Goot), T. auranti Fonsc.,
Aphis spiraecola Patch., Aphis gossypii Glou, Myzus persicae Sulz. Dan
Ferrisia virgata Ckll.
Gejala :
Gejala
infeksi pada tanaman adalah kerusakan pada jaringan pembuluh tapis
(floem), lekukan atau celah - celah pada jaringan kayu pada batang,
cabang atau ranting dan gejala daun menguning. Pada varietas yang tahan
seperti jeruk keprok gejalanya bisa tak tampak tetapi tetap merupakan
sumber infeksi bagi varietas yang peka.
Gejala
khas penyakit virus ini adalah daun - daun tanaman yang berubah menjadi
berwarna perunggu atau kuning dan gugur sedikit demi sedikit. Biasanya
terjadi pemucatan tulang daun (vein clearing) berupa garis - garis putus
atau memanjang pada tulang daun yang tembus cahaya 2 minggu sampai 2
bulan setelah tertular. Pertumbuhan tanaman menjadi terhambat / merana,
kerdil, daun kaku dan berukuran lebih kecil dengan tepinya melengkung
keatas. Bunga yang dihasilkan berlebihan, tetapi tdak dapat berkembang
menjadi buah yang masak.
Morfologi dan daur penyakit :
Virus
mempunyai zarah - zarah berbentuk batang yang lentur atau benang dengan
ukuran 10 - 12 x 2.000 mm. Virus dapat menular secara mekanis melalui
tanaman tali putri dan alat pada waktu melakukan perbanyakan dan
pemangkasan. Penularan secara alami di lapang dapat terjadi dengan
perantara kutu daun sebagai vektor yaitu : Toxoptera citricida Kirk., T.
Aurantii Fonsc., Aphis citricidus Kirk., A. tavaresi Del Garcio, A.
citricola Van der Goot, A. gossypii, A. spiraecola Patch., Ferrisia
virgata Ckll. dan Myzus persicae Sulz.
Kutu daun ini sudah dapat menularkan virus jika mengisap tanaman sakit
selama 5 detik dengan masa inkubasi 5 detik dan hanya dapat menularkan
secara efektif bila 27 ekor kutu daun secara bersama - sama menularkan
pada tanaman sehat. Efektivitasnya hanya terjadi dalam waktu singkat.
Faktor yang mempengaruhi penyakit :
Perkembangan
penyakit ini dipengaruhi oleh varietas, suhu dan populasi serangga
penular. Suhu antara 28 - 36 °C selama 10 hari dapat menekan gejala pada
daun.
Tanaman yang diserang : untuk sekarang hanya tanaman Jeruk saja yg di ketahui terserang penyakit ini.
Pengendalian :
a. Kultur teknis
1. Penggunaan bibit sehat
2. Penggunaan mata tempel yang bebas penyakit dan batang bawah tahan terhadap virus Tristeza
3. Eradikasi terhadap tanaman sakit dan tanaman inang serangga penular, kemudian dibakar.
b. Kimiawi
Pengendalian serangga penular dengan insektisida efektif.
B. Penyakit yang diSebabkan oleh Jamur
1. Nama Penyakit :Busuk Pangkal Batang (Brown rot Gummosis)
Penyebab : Cendawan
Phytophthora spp., diantaranya yang penting adalah a) P. nicotianae B.
de Haan var parasitica (Dast). Waterh (dulu : P. parasitica Dast), b) P.
citrophthora (R.E. Sm. & E.H. Sm.) Leonian, (dulu : Pythiacytic
citrophthora R.E. Sm. Et E.H. Sm), dan c) P. palmivora (Butl). Di
Indonesia spesies yang utama adalah P. nicotianae var. parasitica.
Penyebaran : Penyakit terdapat di Jawa, Sumatera, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, dan Bali.
Gejala :
Penyakit
ini umumnya menyerang pada bagian pangkal batang dekat permukaan tanah
atau pada bagian sambungan antara batang atas dan bawah bibit jeruk
okulasi. Gejala awal tampak berupa bercak basah yang berwarna gelap /
hitam kebasah-basahan pada permukaan kulit pangkal batang. Jaringan
kulit kayu yang terserang mengalami perubahan warna bahkan permukaan
kulit, kambium, kayu, terutama pada serangan lanjut. Kulit batang yang
terserang, permukaannya cekung dan mengeluarkan belendok, dan pada
tanaman terserang sering terbentuk kalus. Kematian tanaman akibat
serangan penyakit ini terjadi apabila bercak pada kulit melingkari
batang.
Perkembangan
bercak ke bagian atas, umumnya terbatas hingga 60 cm di atas permukaan
tanah, sedangkan perkembangan ke bagian bawah dapat meluas ke bagian
akar tanaman.
Morfologi dan daur penyakit :
Cendawan
P. nicotianae var parasiticia sporangiumnya berbentuk jorong sampai
agak bulat, berbentuk buah pir, dengan sporangiofor lebih halus dari
pada hifa. Spora mempunyai dua bulu cambuk (flagela), dan patogen dapat
membentuk klamidospora bulat, berdinding agak tebal.
P.
citrophthora sporangiumnya berbentuk jorong atau berbentuk sitrun, dan
terbentuk pada bagian tengah atau ujung sporangiofor. Sporangiofor
bercabang tidak teratur. Spora mempunyai 2 bulu cambuk. Patogen juga
dapat membentuk klamidospora.
P.
palmivora mempunyai sporangium jorong, dan dapat membentuk
klamidospora. Cendawan P. palmivora dapat bertahan dalam tanah dan
membentuk spora kembara. Cendawan ini disebarkan terutama oleh hujan dan
air pengairan yang mengalir di atas permukaan tanah.
Penyakit
busuk pangkal batang lebih banyak menyerang kebun dengan ketinggian
lebih dari 400 m dpl, pada tanah - tanah yang basah, seperti tanah
lempung berat yang dapat menahan air lebih lama.
Patogen
masuk lewat luka pada pangkal batang (penyebaran oleh oospora melalui
luka alamiah, luka karena alat pertanian, atau luka oleh serangga).
Infeksi terjadi terutama pada musim hujan dan dibantu oleh pH tanah agak
asam (6,0 - 6,5). Infeksi patogen juga dibantu oleh kabut dan fluktuasi
suhu yang kecil yang akan memperlambat penguapan.
Faktor - faktor yang mempengaruhi penyakit :
Penyakit
ini lebih banyak menyerang pada ketinggian kebun lebih dari 400 m di
atas permukaan laut dan mempunyai temperatur tanah cukup tinggi. Tingkat
ketahanan varietas sangat berpengaruh terhadap tingkat serangan patogen
ini. Jenis yang peka adalah jeruk manis, jeruk nipis, sitrun Italia,
Japanese citroen (JC) dan Rough Lemon (RL) sangat rentan terhadap
penyakit ini, sedangkan yang toleran adalah trifoliate orange, jeruk
masam, Swingle Ctromelo, Citrange (Corrizo dan Troyer), Sukade, jeruk
Keprok, jeruk Manis, Grape Fruit, jeruk besar, jeruk nipis, dan Lemon
Tanah
basah, adanya kabut, dan fluktuasi suhu yang kecil, pH tanah yang agak
masam yaitu 6,0 - 6,5 merupakan kondisi yang cocok untuk perkembangan
patogen.
Tanaman inang (sasaran) :
Jeruk, Kacang
tanah, cabai, tapak dara, kenaf, ubi kayu, jarak, terung, sirsak,
srikaya, aren, pepaya, kelapa, terung belanda, durian, karet, pala,
sirih, lada, kakao, anggrek Vanda dan kemiri minyak.
Pengendalian :
a. Kultur teknis
o Menanam
jeruk di atas gundukan - gundukan setingi 20 - 25 cm, tetapi tanaman
jangan dibumbun agar batang atas tidak berhubungan dengan tanah.
o Menggunakan
benih dengan mata tempel setinggi 35 - 50 cm dari permukaan tanah,
untuk mengurangi kemungkinan batang atas yang rentan terinfeksi cendawan
dari tanah.
o Menghindari air pengairan mengenai / terkena langsung pangkal batang dengan membuat selokan melingkari batang.
o Mengurangi kelembaban kebun dengan mengatur drainase, jarak tanam, pemangkasan, dan sanitasi lingkungan / kebun.
o Menghindarkan terjadinya pelukaan terhadap baik akar maupun pangkal batang pada waktu pemeliharaan / penyiangan.
o Pemupukan
o Pengamatan
pangkal batang jeruk secara teliti dan teratur, terutama pada musim
hujan, agar gejala penyakit dapat diketahui secara dini.
o pH tanah diupayakan lebih dari 6,5, dengan pemberian dolomit (kapur pertanian),
b. . Mekanis / fisis
o Membongkar tanaman (termasuk akarnya) yang terserang berat, kemudian membakarnya.
o Memotong
/ membuang bagian tanaman yang sakit, termasuk 1 - 3 cm bagian kulit
sekitarnya yang sehat, kemudian diolesi fungisida. Untuk mempercepat
pemulihan (regenerasi), sebaiknya bagian atas dan bekas luka potongan
membentuk titik.
o Menggunakan
multiple foot stock (kaki ganda) dengan teknik aaneting / penyusuan
(sambung samping) dengan batang bawah sehat 1 atau beberapa, tergantung
besar tanaman yang akan ditolong untuk membantu fungsi akar dan pohon
yang rusak.
c. Biologi
Mengunakan agens antagonis cendawan Trichoderma spp., Gliocladium spp. yang dicampur dengan pupuk kandang / kompos.
d. Genetika / Varietas Tahan
o Menggunkan batang bawah yang tahan terhadap Phytophthora, seperti “trifoliate orange” atau jeruk masam.
o Varietas tahan terhadap Phytophthora dan salinitas, yaitu Taiwanica dan Citromello 4475.
e. Kimia
o Melumasi
pangkal batang dan akar - akar yang tampak dari luar dengan ter
(Carbolineum plantarum 50 %) sampai setinggi 50 cm. Perlakuan tersebut
dimulai tahun ketiga setelah penanaman dan setiap awal musim hujan
(untuk Jawa September atau setiap 6 bulan. Agar batang yang berwarna
hitam tidak banyak menyerap panas sehingga kulitnya rusak (untuk
mencegah infeksi setelah diberi ter), maka bagian yang diberi ter
ditutup dengan larutan kapur yang ditambah dengan garam dapur (25 kg
kapur mati, 2 kg garam dapur, dan 25 - 35 liter air.
o Mengoles
luka (bekas tanaman yang terinfeksi yang dibuang) dengan bubur
California, bubur Bordo (Lampiran 3), Carbolineum-parafin (8 : 92),
Mankozeb, atau tembaga oksiklorida. Kemudian luka ditutup dengan obat
penutup luka, seperti ter, setelah kulit mengalami regenerasi.
o Membersihkan alat - alat pertanian yang akan digunakan, misal dengan pemutih (klorok).
2. Nama Penyakit : Penyakit Kulit Diplodia (Bark rot / Diplodia Cummosis)
Penyebab :Cendawan
Botryodiplodia theobromae Pat. (Oomycetes); yang dulu dikenal dengan
nama Diplodia zae Lev.; Diplodia natalensis P.Evans.
Penyebaran :
Di
Indonesia penyakit ini terdapat di Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan
Selatan, dan Sulawesi Selatan. Di luar negeri penyakit terdapat di
Amerika Serikat, Kuba, India, Malaysia, dan Thailand.
Gejala :
Pada
jeruk dikenal dua macam Diplodia yaitu Diplodia “basah” dan Diplodia
“kering”. Penyakit ini dapat menyerang akar, batang dan ranting dan
dapat mengakibatkan busuk akar, busuk leher dan mati ranting.
Serangan
Diplodia basah mudah dikenal karena tanaman yang terserang mengeluarkan
“blendok” yang berwarna kuning emas dari batang atau cabang - cabang
tanaman. Kulit tanaman yang terserang setelah beberapa lama dapat sembuh
kembali, kulit yang terserang mengering dan mengelupas. Sering terjadi
penyakit berkembang terus, sehingga pada kulit terjadi luka - luka yang
tidak teratur, kadang-kadang terbatas pada jalur yang sempit, memanjang
dan dapat juga berkembang melingkari batang atau cabang yang dapat
menyebabkan kematian cabang atau tanaman. Cendawan berkembang di antara
kulit dan kayu, dan merusak lapisan kambium tanaman. Kayu yang telah
mati berwarna hijau sampai hitam.
Serangan
Diplodia kering umumnya lebih berbahaya karena gejala permulaan sukar
diketahui. Kulit batang atau cabang tanaman yang terserang mengering,
terdapat celah - celah kecil pada permukaan kulit, dan pada bagian kulit
dan batang yang ada di bawahnya berwarna hitam kehijauan. Pada bagian
celah - celah kulit terlihat adanya massa spora cendawan berwarna putih
atau hitam. Perluasan kulit yang mengering sangat cepat dan bila sampai
menggelang tanaman, menyebabkan daun-daun tanaman menguning dan kematian
cabang atau pohon.
Morfologi dan daur penyakit :
Cendawan
dapat membentuk piknidium yang tersebar, berwarna hitam, mula - mula
tertutup dan kemudian pecah. Konidium berbentuk jorong, mempunyai 1
sekat, berwarna gelap, dan terutama disebarkan oleh air dan serangga.
Penyakit
diplodia banyak terdapat di dataran rendah dan tempat - tempat dengan
kelembaban tinggi Infeksi dan perkembangan penyakit terjadi pada awal
musim hujan (antara bulan Oktober – Nopember). Patogen masuk lewat luka:
alamiah, alat - alat pertanian, retak karena beban buah terlalu berat.
Faktor - faktor yang mempengaruhi penyakit:
Perkembangan
dan tingkat serangan penyakit dipengaruhi oleh jenis dan umur tanaman.
Jenis jeruk besar seperti jeruk Delima, Pandawangi, dan Bali peka
terhadap Diplodia basah dan diplodia kering Bertambahnya umur tanaman
pada jenis jeruk tertentu akan meningkat pula ketahannya tetapi pada
jenis lain bisa menurun ketahanannya. Jeruk Pandanwangi peka pada umur 4
tahun, tetapi semakin tahan dengan bertambahnya umur tanaman, sedangkan
jeruk Delima agak peka pada usia muda, tetapi makin peka dengan
bertambahnya umur tanaman.
Kekeringan
yang terjadi secara tiba-tiba, pembuahan yang terlalu lebat, dan adanya
pelukaan pada tanaman merupakan kondisi yang baik untuk perkembangan
patogen.
Tanaman inang sasaran : Cendawan ini bersifat polifag yang dapat menyerang beberapa macam jenis tanaman salah satunya tanaman jeruk.
Pengendalian :
a. Kultur teknis
· Sanitasi
tanaman. Potong pohon / cabang / ranting yang terserang berat, buang
kulit yang terinfeksi sedang dan bersihkan kulit yang terinfeksi ringan
serta lingkungan dari gulma.
· Mengurangi kelembaban kebun dengan mengatur jarak tanam dan melakukan pemangkasan.
· Penjarangan buah, agar keadaan tanaman tidak terlalu berat, sehingga cabang / ranting tidak luka / retak.
· Menghindari pelukaan terhadap akar maupun batang pada waktu penyiangan.
· Perlakuan pembersihan dengan menggosok batang tanaman, agar batang semakin halus.
· Pemupukan berimbang, terutama setelah panen.
· Drainase. Menjaga agar pengairan tetap baik.
b. Mekanis / fisis
· Memotong
/ membuang bagian bagian kulit batang tanaman yang sakit, termasuk 1 - 2
cm bagian kulit sekitarnya yang sehat, kemudian diolesi dengan bahan
penutup luka (karbolineum parafin, fungisida atau ter.
· Mengumpulkan sisa - sisa tanamn dan memotong cabang - cabang yang terserang penyakit berat, kemudia dibakar.
· Membongkar tanaman yang terserang berat dan dibakar.
c. Biologi
Mengunakan agens antagonis Trichoderma spp., Gliocladium spp.,
Pseudomonas fluorescens dan dilanjutkan dengan Bacillus subtilis yang
telah dicampur dengan pupuk kandang/kompos, setelah kulit dikupas.
d. Genetika / Varietas Tahan
Varietas tahan belum ada. Varietas yang agak tahan (agak toleran) adalah
Pandanwangi (cikoneng), jeruk manis, dan jeruk grape fruit.
e. Kimia
· Mengoleskan
bubur California atau fungisida yang efektif berbahan aktif metil
tiofanat dan siprokonazol pada bagian kulit batang / ranting tanaman
yang sakit setelah dibersihkan lebih dulu, dan untuk pencegahan di
daerah kronis endemis.
· Membersihkan alat-alat pertanian yang akan digunakan, misal dengan pemutih (klorok).
C. Penyakit yang diSebabkan oleh Virus
1. Nama Penyakit : Psorosis (Rimocorticus psorosis Fawc.) Holmes
Penyebab : Virus atau Citrus Psorosis Virus (CPsV)
Penyebaran : Jawa
Timur, jawa Tengah, bali, Riau, kalimantan Barat. Penyebaran di negara
lain adalah Florida, Laut Tengah, Afrika Selatan dimana banyak pohon
yang tidak produktif akibat serangan penyakit ini.
Gejala :
Gejala
awal adalah kematian pucuk atau ranting yang cepat yaitu 1 - 2 bulan
setelah penularan. Pucuk dan ranting yang terbentuk setelah penularan
mula - mula menguning daun-daunnya rontok, selanjutnya mengering. Gejala
selanjutnya adalah garis - garis klorosis pada jaringan di sekitar
tulang daun dan bercak - bercak klorosis yang tepinya bergerigi atau
zigzag yang simetris di sekitar tulang daun tengah, 2 - 4 bulan setelah
penularan gejala dan terlihat jelas pada daun - daun muda dan pada daun
yang sudah menjadi tua gejalanya menghilang.
Pada
varietas tertentu seperti jeruk manis menyebabkan pengelupasan kulit
pada batang dan cabang (Bark scalling) pada 6 - 12 tahun setelah
tertulari.
Morfologi dan daur penyakit :
Virus
ini menular melalui mata tempel yang berasal dari tanaman terinfeksi.
Penularan kemungkinan terbawa biji. Varietas yang sangat peka adalah
jenis Sweet Lime, Tangelo, dan mandarin
Faktor - faktor yang mempengaruhi penyakit :
Penggunaan
mata tempel yang berasal dari tanaman sakit dan penyebaran bibit ke
lokasi lain akan membantu penyebaran dan perluasan serangan penyakit
ini.
Pengendalian :
· Menggunakan mata tempel yang sehat.
· Mengeradikasi / pemusnahan bibit yang terserang penyakit dan mencegah penyebaran dan pemasarannya.
· Sterilisasi alat - alat perbanyakan dengan alkohol 70 % atau klorok.
2. Nama Penyakit : Puru Berkayu (Woody Gall)
Penyebab : Virus puru berkayu jeruk atau Citrus Vein Enation – Woody Gall Virus (CVEV)
Penyebaran : Di
Indonesia dilaporkan terdapat di Jawa Tengah dan jawa Barat. Di luar
negeri tersebar di Amerika, Australia, Afrika Selatan, Fiji, Peru dan
India.
Gejala :
Pada
tanaman jeruk nipis, infeksi CVEV menyebabkan munculnya tonjolan -
tonjolan (enation) yang tersebar tidak beraturan pada tulang daun di
permukaan bawah daun. Gejala ini mula - mula berukuran kecil dan mulai
tampak pada daun - daun muda yang biasanya terjadi 2 - 3 bulan sejak
penularan. Gejala tersebut semakin jelas bila daun menjadi tua. Pada
tanaman terinfeksi, gejala tonjolan - tonjolan ini bisa terjadi pada
sebagian atau seluruh daun.
Selain
pada jeruk nipis, gejala tersebut kadang-kadang dijumpai pada jeruk
manis, Siem, Rough lemon (RL) dan Sour Orange, tetapi biasanya lebih
ringan dibandingkan pada jeruk nipis.
Pada
tanaman jeruk yang disambung pada batang bawah RL, CVEV menyebabkan
pembentukan puru - puru atau benjolan - benjolan (gall) pada daerah
sambungan, sekitar 6 bulan sejak tertulari. Gejala ini mula-mula
berukuran kecil berwarna hijau pucat, kemudian berkembang melebar dan
membesar tak beraturan.
Morfologi dan daur penyakit :
Penyakit
ini disebabkan oleh virus yang belum banyak diketahui seluk beluknya.
CVEV bersifat endemik di pertanaman jeruk. Virus dapat menular melalui
penyambungan mata tempel dan di lapang melalui beberapa jenis kutu daun,
yaitu T. citridus, A. gossypii dan M. persicae. Serangan CVEV hampir
selalu bersamaan dengan virus Tristeza
Tanaman inang lain : Belum diketahui
Pengendalian :
· Pengendalian serangga vektor dengan insektisida.
· Pemilihan pohon induk yang bebas virus, yang menghasilkan barang atas yang sehat.
· Alat - alat yang dipakai dalam penempelan didisinfeksi dengan teratur.